Evaluasi Tingkat Bahaya Kebakaran Bulan September 2025
Sistem peringatan kebakaran hutan di Sumatera Selatan menggunakan tiga indikator utama yang bekerja seperti termometer untuk mengukur risiko kebakaran. Ketiga indikator ini—Fine Fuel Moisture Code (FFMC), Drought Code (DC), dan Fire Weather Index (FWI)—masing-masing memiliki peran khusus dalam mendeteksi tingkat bahaya kebakaran berdasarkan kondisi cuaca dan kelembapan bahan bakar di hutan. Data terbaru dari Stasiun Klimatologi Sumatera Selatan menunjukkan pola yang mengkhawatirkan, terutama pada bulan September 2025 yang menandai peningkatan signifikan risiko kebakaran di wilayah tersebut.


Indeks Bahan Bakar Halus (FFMC) berfungsi sebagai indikator seberapa mudah serasah dan bahan bakar halus di permukaan hutan dapat terbakar. Seperti kertas kering yang mudah terbakar, FFMC dipengaruhi oleh empat faktor cuaca: curah hujan, suhu, kelembapan relatif, dan kecepatan angin dari beberapa hari sebelumnya. Selama periode Januari hingga September 2025, distribusi FFMC menunjukkan 6.2% pada level Rendah, 38.5% pada level Sedang, 24.5% pada level Tinggi, dan 30.8% pada level Ekstrem. Namun, peningkatan kondisi terjadi pada September 2025 dengan tidak ada kejadian level Rendah sama sekali, sementara level Ekstrem melonjak menjadi 53.3%, diikuti level Tinggi 23.3%, dan level Sedang 23.3%.
Indeks Kekeringan (DC) berperan sebagai pengukur kondisi kelembapan tanah di lapisan bawah permukaan, yang menentukan seberapa kering fondasi hutan. DC dipengaruhi oleh curah hujan dan suhu, bekerja seperti spons tanah yang semakin kering akan semakin mudah menyerap panas dan mempercepat penyebaran api. DC menunjukkan kondisi yang meningkat dengan 93.4% kejadian pada level Rendah dan hanya 6.6% pada level Sedang selama periode Januari hingga September 2025. Meski demikian, bulan September menunjukkan sinyal peringatan dengan peningkatan level Sedang menjadi 20.0%, sementara level Rendah turun menjadi 80.0%.
Indeks Cuaca Kebakaran (FWI) adalah indikator komprehensif yang menggabungkan seluruh faktor cuaca untuk menentukan intensitas potensial kebakaran. Periode Januari hingga September 2025 menunjukkan kondisi penurunan dengan 61.5% kejadian pada level Rendah, 23.1% pada level Sedang, 15.0% pada level Tinggi, dan 0.4% pada level Ektrem. Sementara, bulan September mengalami perubahan cukup signifikan dengan penurunan level Rendah menjadi 40.0%, level Sedang mengalami peningkatan menjadi 20.0%, level Tinggi meningkat menjadi 36.7% dan yang lebih mengkhawatirkan adalah level Ektrem yang meningkat menjadi 3.3%.
Pola yang terlihat dari ketiga indeks menunjukkan eskalasi risiko yang terkoordinasi pada September 2025. Pola peningkatan di ketiga indeks secara bersamaan mengindikasikan perlunya peningkatan kewaspadaan. Selain itu, diperlukan implementasi tindakan pencegahan, pengurangan resiko kebakaran hingga persiapan proses pemadamannya.