Evaluasi Tingkat Bahaya Kebakaran Bulan Oktober 2025
Sistem peringatan kebakaran hutan di Sumatera Selatan menggunakan tiga indikator utama yang bekerja seperti termometer untuk mengukur risiko kebakaran. Ketiga indikator ini—Fine Fuel Moisture Code (FFMC), Drought Code (DC), dan Fire Weather Index (FWI)—masing-masing memiliki peran khusus dalam mendeteksi tingkat bahaya kebakaran berdasarkan kondisi cuaca dan kelembapan bahan bakar di hutan. Data terbaru dari Stasiun Klimatologi Sumatera Selatan menunjukkan pola yang cukup mengkhawatirkan, terutama pada bulan September hingga Oktober 2025 yang menandai peningkatan signifikan risiko kebakaran di wilayah tersebut. Hal ini erat kaitannya dengan klimatologis wilayah dimana temperatur udara cukup tinggi, kelembaban udara dan curah hujan yang rendah.


Indeks Bahan Bakar Halus (FFMC) berfungsi sebagai indikator seberapa mudah serasah dan bahan bakar halus di permukaan hutan dapat terbakar. Seperti kertas kering yang mudah terbakar, FFMC dipengaruhi oleh empat faktor cuaca: curah hujan, suhu, kelembapan relatif, dan kecepatan angin dari beberapa hari sebelumnya. Selama periode Januari hingga Oktober 2025, distribusi FFMC menunjukkan 5.9% pada level Rendah, 36.5% pada level Sedang, 23.4% pada level Tinggi, dan 34.2% pada level Ekstrem. Namun, peningkatan kondisi Ekstrem terjadi pada Oktober 2025 yang naik hingga 64.5%, level Tinggi 12.9%, level Sedang 19.4%, dan level Rendah 3.2%.
Indeks Kekeringan (DC) berperan sebagai pengukur kondisi kelembapan tanah di lapisan bawah permukaan, yang menentukan seberapa kering fondasi hutan. DC dipengaruhi oleh curah hujan dan suhu, bekerja seperti spons tanah yang semakin kering akan semakin mudah menyerap panas dan mempercepat penyebaran api. DC menunjukkan kondisi 94.1% kejadian pada level Rendah dan hanya 5.9% pada level Sedang selama periode Januari hingga Oktober 2025. Oleh karenanya, bulan Oktober menunjukkan sinyal peringatan hanya berada pada level Rendah yakni 100.0%.
Indeks Cuaca Kebakaran (FWI) adalah indikator komprehensif yang menggabungkan seluruh faktor cuaca untuk menentukan intensitas potensial kebakaran. Periode Januari hingga Oktober 2025 menunjukkan kondisi 57.6% kejadian pada level Rendah, 24.7% pada level Sedang, 17.4% pada level Tinggi, dan 0.3% pada level Ektrem. Sementara pada bulan Oktober meski tidak terdapat kejadian pada level Ekstrem, terdapat penurunan level Rendah menjadi hanya 22.6%, level Sedang meningkat menjadi 38.7%, dan level Tinggi menjadi 38.7%.
Pola yang terlihat dari ketiga indeks menunjukkan eskalasi risiko yang terkoordinasi pada periode September hingga Oktober 2025. Pola peningkatan di ketiga indeks secara bersamaan mengindikasikan perlunya peningkatan kewaspadaan. Selain itu, diperlukan implementasi tindakan pencegahan, pengurangan resiko kebakaran hingga persiapan proses pemadamannya. Akan tetapi, seiring masuknya musim hujan yang disertai peningkatan curah hujan diharapkan dapat mengurangi risiko dan dampak dari peningkatan ketiga indeks tersebut.
